Minggu, 22 Juli 2012

JAMU TRADISIONAL UNTUK SAPI


Jamu Tradisional Untuk Sapi






Jamu tradisional untuk sapi, mungkin sebagian orang akan merasa heran karena  umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis dengan khasiat tertentu termasuk penambah nafsu makan.  Sedangkan jamu untuk ternak sebagian masyarakat Lombok mengenalnya dengan sebutan Loloh.  Jamu ini terbuat dari berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan  yang biasa digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa.  Mungkin setiap wilayah memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya. 
Parapembuat jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi dan kemudian menjual kepada para peternak.  Jamu ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan ternak.  Sementara ini lebih banyak diberikan pada ternak sapi yang digemukkan.  Peternak menginginkan  sapi-sapi yang dipelihara bisa cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka bisa mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.
Pada  usaha penggemukan, sapi dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini  ditentukan oleh peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu.  Pertambahan berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu  genetis ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun kualitasnya).  Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan  sapi potong unggul seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus).  Jelas pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.
Agar ternak dapat hidup dan berproduksi maka perlu diberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya.  Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya diperhitungkan berdasarkan berat badannya  yaitu seberat 3% dari berat badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK).  Mengapa demikian? Karena hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Dengan pemberian jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan PBBH.  Jika ternak lekas gemuk, maka bisa lebih cepat dijual dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Di  Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan.  Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI).  Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1 tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur.  Penelitian ini bertujuan untuk :
1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi yang diberikan jamu tradisional;
2) mengetahui efektifitas jamu tradisional terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan umur dan bangsa ternak potong.  Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak 10 butir/ekor.
Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak secara berkala.  Juga dilakukan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi per hari.
Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009, didanai oleh program P4MI pada BPTP NTB.  Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang efek jamu tradisional (Loloh) pada penggemukan ternak sapi.  Selama ini jamu semacam itu hanya bisa diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu penggemukan.  Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi khususnya.  Sementara ini hasil pengamatan belum bisa dipublikasikan karena penelitian masih berjalan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar